Soon! Aamiin:)

Soon! Aamiin:)
Bismillah :)

Tuesday, 12 February 2013

“PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PATI SINGKONG”



 “PEMBUATAN EDIBLE FILM  DARI PATI SINGKONG”


Perkembangan teknologi pangan yang pesat menimbulkan berbagai produk pangan yang baru. Kemasan yang sering digunakan untuk produk pangan adalah plastik. Namun demikian, plastik ini bersifat non biodegradable sehingga limbah dari plastik ini dapat mencemari lingkungan. Seiring dengan kesadaran manusia akan hal ini, dikembangkanlah jenis kemasan dari bahan organic. Salah satu jenis kemasan yang bersifat ramah lingkungan adalah kemasan edible (edible packaging).
Edible film adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk di atas komponen makanan yang berfungsi sebagai penghambat transfer massa (misalnya kelembaban, oksigen, lemak dan zat terlarut) (Krochta, 1992).
Edible film harus mempunyai sifat-sifat yang sama dengan film kemasan seperti plastik, yaitu harus memiliki sifat menahan air sehingga dapat mencegah kehilangan kelembaban produk, memiliki permeabilitas selektif terhadap gas tertentu, mengendalikan perpindahan padatan terlarut untuk mempertahankan warna, pigmen alami dan gizi, serta menjadi pembawa bahan aditif seperti pewarna, pengawet dan penambah aroma yang memperbaiki mutu bahan pangan.
Polisakarida seperti pati dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan edible film. Pati singkong sering digunakan dalam industri pangan sebagai biodegradable film untuk menggantikan polimer plastik karena ekonomis, dapat diperbaharui, dan memberikan karakteristik fisik yang baik (Bourtoom, 2007).

BAHAN YANG DIPERLUKAN DALAM PEMBUATAN EDIBLE FILM
Komponen penyusun edible film dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu;
a.       Hidrokoloid
Hidrokoloid yang digunakan dalam pembuatan edible film adalah protein atau karbohidrat. Pati yang dimodifikasi secara kimia merupakan polisakarida untuk bahan dasar edible film dapat dimanfaatkan untuk mengatur udara sekitarnya dan memberikan kekentalan pada larutan edible film.
b.      Lipida
Film yang berasal dari lipida sering digunakan seagai penghambat uap air, atau bahan pelapis untuk meningkatkan kilap pada produk-produk kembang gula. Lipida yang sering digunkan sebagai edible film antara lain lilin (wax) seperti parafin dan carnauba, kemudian asam lemak, monogliserida, dan resin (Lee dan Wan, 2006 dalam Hui, 2006).
c.       Komposit
Komposit film terdiri dari komponen lipida dan hidrokoloid. Lipida dapat meningkatkan ketahanan terhadap penguapan air dan hidrokoloid dapat memberikan daya tahan.

METODA PEMBUATAN EDIBLE FILM BERBASIS PATI SINGKONG

Metode casting merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk membuat film. Pada metode ini protein atau polisakarida didispersikan pada campuran air dan plasticizer, yang kemudian diaduk. Setelah pengadukan dilakukan pengaturan pH, lalu sesegera mungkin campuran tadi dipanaskan dalam beberapa waktu dan dituangkan pada casting plate. Setelah dituangkan kemudian dibiarkan mengering dengan sendirinya pada kondisi lingkungan dan waktu tertentu. Film yang telah mengering dilepaskan dari cetakan (casting plate) dan kemudian dilakukan pengujian terhadap karakteristik yang dihasilkan. (Lee dan Wan, 2006 dalam Hui, 2006).


DAFTAR PUSTAKA
Bourtoom, T. 2007. Effect of Some Process Parameters on The Properties of Edible
Film Prepared From Starch. Department of Material Product Technology,
Songkhala. (on line) Avaliable at: http://vishnu.sut.ac.th/iat/food_innovation/
up/rice%20starch%20film.doc

Hui, Y. H. 2006, Handbook of Food Science, Technology, and, Engineering Volume
I. CRC Press, USA

Krochta, J. M., E. A. Baldwin, dan M. O. Nisperos-Carriedo. 1994. Edible Coating
and Film to Improve Food Quality. Technomic Publishing Company, New
York, NY.

No comments:

Post a Comment