“PEMBUATAN EDIBLE
FILM DARI PATI SINGKONG”
Perkembangan teknologi pangan yang pesat
menimbulkan berbagai produk pangan yang baru. Kemasan yang sering digunakan
untuk produk pangan adalah plastik. Namun demikian, plastik ini bersifat non
biodegradable sehingga limbah dari plastik ini dapat mencemari lingkungan.
Seiring dengan kesadaran manusia akan hal ini, dikembangkanlah jenis kemasan
dari bahan organic. Salah satu jenis kemasan yang bersifat ramah lingkungan
adalah kemasan edible (edible packaging).
Edible
film
adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk di
atas komponen makanan yang berfungsi sebagai penghambat transfer massa
(misalnya kelembaban, oksigen, lemak dan zat terlarut) (Krochta, 1992).
Edible
film
harus mempunyai sifat-sifat yang sama dengan film kemasan seperti plastik,
yaitu harus memiliki sifat menahan air sehingga dapat mencegah kehilangan
kelembaban produk, memiliki permeabilitas selektif terhadap gas tertentu,
mengendalikan perpindahan padatan terlarut untuk mempertahankan warna, pigmen
alami dan gizi, serta menjadi pembawa bahan aditif seperti pewarna, pengawet
dan penambah aroma yang memperbaiki mutu bahan pangan.
Polisakarida seperti
pati dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan edible film. Pati singkong
sering digunakan dalam industri pangan sebagai biodegradable film untuk
menggantikan polimer plastik karena ekonomis, dapat diperbaharui, dan
memberikan karakteristik fisik yang baik (Bourtoom, 2007).
BAHAN
YANG DIPERLUKAN DALAM PEMBUATAN EDIBLE FILM
Komponen penyusun edible
film dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu;
a.
Hidrokoloid
Hidrokoloid
yang digunakan dalam pembuatan edible film adalah protein atau
karbohidrat. Pati yang
dimodifikasi secara kimia merupakan polisakarida untuk bahan dasar edible
film dapat dimanfaatkan untuk mengatur udara sekitarnya dan memberikan kekentalan
pada larutan edible film.
b.
Lipida
Film
yang
berasal dari lipida sering digunakan seagai penghambat uap air, atau bahan
pelapis untuk meningkatkan kilap pada produk-produk kembang gula. Lipida yang
sering digunkan sebagai edible film antara lain lilin (wax) seperti
parafin dan carnauba, kemudian asam lemak, monogliserida, dan resin (Lee dan
Wan, 2006 dalam Hui, 2006).
c.
Komposit
Komposit film terdiri
dari komponen lipida dan hidrokoloid. Lipida dapat meningkatkan ketahanan
terhadap penguapan air dan hidrokoloid dapat memberikan daya tahan.
METODA
PEMBUATAN EDIBLE FILM BERBASIS PATI SINGKONG
Metode casting merupakan
salah satu metode yang sering digunakan untuk membuat film. Pada metode
ini protein atau polisakarida didispersikan pada campuran air dan plasticizer,
yang kemudian diaduk. Setelah pengadukan dilakukan pengaturan pH, lalu sesegera
mungkin campuran tadi dipanaskan dalam beberapa waktu dan dituangkan pada casting
plate. Setelah dituangkan kemudian dibiarkan mengering dengan sendirinya
pada kondisi lingkungan dan waktu tertentu. Film yang telah mengering
dilepaskan dari cetakan (casting plate) dan kemudian dilakukan pengujian
terhadap karakteristik yang dihasilkan. (Lee dan Wan, 2006 dalam Hui, 2006).
DAFTAR
PUSTAKA
Bourtoom, T. 2007. Effect of
Some Process Parameters on The Properties of Edible
Film
Prepared From Starch. Department of Material Product Technology,
Songkhala.
(on line) Avaliable at: http://vishnu.sut.ac.th/iat/food_innovation/
up/rice%20starch%20film.doc
Hui, Y. H. 2006, Handbook of
Food Science, Technology, and, Engineering Volume
I.
CRC Press, USA
Krochta, J. M., E. A.
Baldwin, dan M. O. Nisperos-Carriedo. 1994. Edible Coating
and
Film to Improve Food Quality. Technomic Publishing Company, New
York,
NY.
No comments:
Post a Comment